Aku Sudah Tahu Semuanya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Ita baru saja masuk SMU, masa-masa pubernya membuat dia centil dan suka mengerjai orang. Kali ini dia mendapat bahan baru untuk mengerjai teman-temannya.
Hari pertama, dia menelepon temannya: "Rin, gue sudah tahu semuanya!," katanya memulai.
"Hah..??!," suara di sisi sana terdengar kaget dan lemas. "Ta, jangan bilang Indri kalo aku jalan dengan cowoknya ya. Aku ada voucher makan di Hokben, tetapi jangan bilang-bilang yah. Sori cuma bisa ngasih itu doang."
"Okelah, gue terima saja, kamu kan teman baik gue," ungkap Ita senang.
Begitu telepon ditutup, Ita langsung teriak girang. "Wah oke juga nih, dapet voucher HokBen!!"
Kali ini Ita masuk kamar kakaknya, Dewa, dan langsung bicara pelan di dekat kupingnya yang lagi tiduran. "Kak, gue sudah tahu semuanya. Ternyata gitu ya kak," kata Ita.
Sambil mengambil kunci, Dewa berbisik pada Ita. "Ta, kamu boleh pake mobilku sebulan penuh plus aku belikan bensinnya. Tapi jangan bilang papi kalo aku nggak kuliah yah!," pinta kakak Ita.
"Beres", jawab Ita girang karena mendapat fasilitas dari kakaknya.
Ita benar-benar girang, kali ini dia mencegat papinya yang baru pulang kerja, "Pah, Ita mau ngomong."
"Ada apa Ta?!! Papa lagi capek nih," jawab papa Ita malas menanggapi.
"Ita sudah tahu semuanya, pah...". Mendadak papanya celingukan sambil mengeluarkan HP dan menelepon seseorang, "Ta, kartu kreditmu sudah papa aktifkan lagi. Tapi jangan pernah bilang mama soal Ijah."
Ita girang bercampur sebal. Ternyata papanya menduakan mamanya hanya demi pembantunya, yaitu si Ijah. Ita langsung berlari pergi tanpa sepatah katapun.
Diluar, Ita bertemu pak Udin, sopir yang sudah belasan tahun bekerja dirumahnya. Ita mulai usil lagi. Dia kesal juga, pasti pak Udin tahu soal si Ijah, tetapi bungkam selama ini. Dia harus dikerjai juga, pikirnya.
"Pak !!!," teriak Ita membuat kaget sang sopir. "Saya sudah tahu semuanya!"
Pak Udin terbengong. Dengan mata berkaca-kaca, dia memandang Ita dengan tatapan tidak percaya. Perlahan airmata menetes di pipinya. Ita malah bingung.
"Ita !!! Peluklah bapakmu ini, sayang. Akhirnya kau tahu juga nak!"